Kebalnya Indonesia Dari Virus Corona Jadi Pertanyaan Ilmuwan, Benarkah Sudah Masuk Tanpa Terdeteksi?
Benarkah Indonesia kebal dari virus Corona? Hal itu menjadi pertanyaan dari para ilmuwan.
Tiadanya kasus infeksi virus Corona baru 2019-nCoV di Indonesia menjadi pertanyaan para ilmuwan di luar negeri.
Kajian terbaru menemukan, negara-negara yang menerima kunjungan orang dari Wuhan, China, yang menjadi pusat penyebaran virus Corona, telah melaporkan adanya kasus positif virus Corona.
Meski demikian, virus Corona ini dikhawatirkan telah masuk ke Indonesia tanpa terdeteksi.
Penelitian oleh ilmuwan dari Center for Communicable Disease Dynamics, Harvard T.H. Chan School of Public Health, Boston, Amerika Serikat, De Salazar PM, dan timnya yang dipublikasikan di jurnal ilmiah MedRxiv pada 5 Februari 2020 menyebut, tiadanya kasus infeksi korona di Indonesia kemungkinan karena virusnya tak terdeteksi.
Riset tersebut didasarkan pada perkiraan jumlah rata-rata penumpang pesawat dari Wuhan ke kota-kota lain di seluruh dunia dalam sehari, sebelum akhirnya diberlakukan larangan terbang.
Dengan pemodelan ini, hampir semua negara lain, seperti Jepang, Hongkong, dan Korea Selatan, menunjukkan korelasi jelas antara banyaknya jumlah orang yang tiba dari Wuhan melalui penerbangan harian dengan besarnya kasus infeksi virus Corona.
Lebih banyak penumpang yang datang berarti lebih banyak kasus.
Namun hanya Indonesia, Kamboja, dan Thailand yang jauh di bawah perhitungan para ahli.
Dalam kajian ini disebutkan, jumlah kunjungan dari Wuhan ke Indonesia sekitar 80 orang per hari, lebih banyak dari sejumlah negara lain yang telah melaporkan adanya kasus infeksi seperti Inggris, Uni Arab Emirat, Prancis, Kanada, India, Filipina, dan Rusia.
“Negara dengan penerbangan langsung dari Wuhan, namun dengan jumlah laporan kasus di bawah 95 persen dari prediksi interval berpotensi ada virus tak terdeteksi. Kami merekomendasikan penguatan pengawasan dan kapasitas pengendalian wabah dengan cepat di lokasi-lokasi yang ada di bawah 95 persen prediksi internal ini untuk menghindari transmisi domestik,” sebut laporan ini.
Seperti diwartakan Malay Mail dan sejumlah media lain pada Rabu (5/2/2020), seorang remaja 17 tahun asal Kanada yang datang dari Indonesia dirawat di Malaysia setelah diduga terinfeksi virus corona.
Seorang warga negara Indonesia yang tinggal di Singapura juga dinyatakan positif terinfeksi korona. Namun, Pemerintah Indonesia menyatakan belum ada kasus positif korona di Indonesia.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Kementerian Riset dan Teknologi Amin Soebandrio, di Jakarta, Jumat (7/2/2020) mengatakan, banyak koleganya di luar negeri memertanyakan tidak adanya konfirmasi kasus positif korona di Indonesia.
“Itu wajar jadi pertanyaan, karena hanya kita yang belum melaporkan ada kasus. Bahkan, ada yang khawatir Indonesia bisa jadi sumber penularan,” ungkapnya.
Menurut Amin, Indonesia merekomendasikan penguatan pengawasan dan kapasitas pengendalian wabah dengan cepat di lokasi-lokasi yang ada di bawah 95 persen prediksi internal ini untuk menghindari transmisi domestik.
Secara saintifik, menurut Amin, tidak adanya kasus positif korona di Indoensia susah dijelaskan, karena tingginya lalu lintas orang dari Wuhan dan kota-kota lain di China, sebelum akhirnya ada penutupan jalur penerbangan.
“Sekalipun kita berharap virus ini tidak masuk ke Indonesia, tetap harus meningkatkan kesiapsiagaan, terutama memperkuat deteksi dan pemeriksaan,” katanya.
Keterlambatan dalam deteksi, menurut Amin, akan membuat upaya mengontrol wabah menjadi sulit. Apalagi, sejumlah kasus di luar negeri telah menunjukkan virus telah menular secara domestik dan penularan bisa tanpa gejala sakit.
“Sejumlah laboratorium di Indonesia memiliki peralatan dan kapasitas untuk membantu pemeriksaan. Selain Eijkman, ada Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga. Hanya saja Kebijakan Kementerian Kesehatan, seluruh pemeriksaan oleh Litbangkes,” ujarnya.
Amin menambahkan, untuk membangun kepercayaan publik di Indonesia maupun di luar negeri, pemeriksaan yang telah dilakukan Litbangkes bisa dikonfirmasi di laboratorium lain yang independen.
“Minimal ada dua laboratorium untuk salin mengonfirmasi. Saya sudah menulis surat ke Menristek untuk menyampaikan ke Menkes, kami siap menjadi laboratorium pembanding, seperti dalam kasus flu burung dulu,” kata dia.
Data resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), dan sejumlah lembaga kesehatan lain yang dikompilasi Johns Hopkins University, jumlah kasus infeksi virus korona hingga Jumat mencapai 31.522 di 28 negara dengan korban meninggal dunia 638 orang. Jumlah kasus di China daratan sebanyak 31.209 orang, dan 22.112 kasus terdapat di Provinsi Hubei, yang meliputi Kota Wuhan.
Sumber: tribunnews.com