#SAVEOezil. Akhir Pahit untuk Perjalanan Panjang Oezil Bersama Timnas Jerman
Keputusannya sudah bulat. Kritik dan cibiran yang datang bertubi-tubi membuat Oezil muak. Dia merasa diperlakukan tak adil oleh DFB (Federasi Sepak Bola Jerman), media-media, dan para suporter Denmark. Pemain Arsenal itu dicap tak nasionalis.
Semua bermuara sejak Oezil berfoto bersama Presiden Turki, Racip Tayyip Erdogan, pada Mei silam. Bagi sang pemain, keputusan itu merupakan upaya untuk menghormati tanah leluhurnya. Namun, bagi DFB, media-media, dan orang-orang Jerman, keputusan itu terlalu berbau politis.
Oezil dianggap memiliki arah politik yang sama dengan Erdogan, yang dikecam oleh negara-negara Uni Eropa karena dinilai terlalu sering melanggar Hak-hak Asasi Manusia (HAM) untuk melanggengkan kekuasaan. Seluruh Jerman tak suka, Oezil dikritik dan dicibir.
Oezil disoraki, disuruh pulang ke Turki saja, bahkan sempat dipanggil oleh Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier. Atas 'serangan-serangan' itulah, pemain berusia 29 tahun itu akhirnya menegaskan bahwa dia sudah tak punya selera dan tenaga lagi untuk membela Timnas Jerman.
Sejatinya, perjalanan Oezil bersama Timnas Jerman amat panjang. Apa yang telah ia berikan juga tak sedikit. Dia bahkan sudah membela Timnas Jerman sejak kategori umur. Dia pernah belasan kali membela Timnas Jerman U-19 dan U-21.
Bahkan, pada 2009, Oezil menjadi salah satu pemain yang berjasa membawa Timnas Jerman jadi kampiun di Piala Eropa U-21. Keberhasilan itu pula yang pada akhirnya membawa pemain kelahiran Gelsenkirchen itu menembus tim senior.
Pada 2010, Oezil bahkan menjadi pilar penting dalam keberhasilan Jerman meraih tempat ketiga di Piala Dunia. Kala itu dia menjadi salah satu pemain yang dielu-elukan oleh banyak suporter Jerman. Apalagi, usianya masih terbilang muda.
Setelahnya, Oezil terus membela panji Timnas Jerman di dada. Bahkan, tiga tahun berturut-turut dari 2011 hingga 2013, dia terpilih sebagai Pemain Terbaik Jerman. Gelar yang menunjukkan betapa berpengaruhnya Oezil untuk Timnas Jerman.
Dan puncaknya terjadi pada 2014 ketika dia menjadi pilar inti dalam keberhasilan Timnas Jerman menjadi kampiun Piala Dunia untuk yang keempat kali. Oezil adalah pemain inti kala itu dan kreativitas serta perannya amat besar untuk keberhasilan tim.
Di tahun 2015 dan 2016, dia kembali terpilih jadi Pemain Terbaik Jerman. Jumlah penampilannya pun terus bertambah, begitu juga dengan gol dan assist yang diciptakan. Sampai 2018 ini, dia berhasil mencatat 92 penampilan, 23 gol, dan 40 assist untuk Jerman. Bukti bagaimana besar perannya dalam sembilan tahun terakhir.
Namun, Oezil sudah tak bisa lagi menambah pundi-pundi penampilan, gol, maupun assist-nya. Dia sudah tak akan membela Timnas Jerman lagi. Apa yang sudah diberikannya mungkin akan terlupakan atau bahkan dilupakan. 
Akan tetapi, sejarah tetap mencatat bahwa dalam sembilan tahun terakhir, ada pemain bernama Mesut Oezil yang begitu besar perannya untuk Jerman dan telah memberikan banyak hal untuk negara yang sekarang mungkin tak mau mengakuinya.
